RESENSI KOE

Judul Buku               : KISAH PARA DA’I MENEGAKKAN RISALAH
Judul Asli                  : INDAHNYA JALAN DAKWAH
Peresensi                   : Ema Ermawati
Pengarang                 : Mujahid M. Salbu
Penerbit                     : MS. Publishing
Cetakan                      : November 2008


Apa tujuan sebenarnya bagi penulis menulis buku Indahnya Jalan Dakwah ini sehingga begitu semangatnya mendatangi tempat-tempat yang terkadang susah untuk dijangkaunya, dan sampai menggunakan  berbagai jurus untuk bisa  meluluhkan hati para da’i sehingga bisa berbagi pengalamannya dengan wartawan, untuk mengetahui jawaban-jawabannya sebagai mana yang telah dibaca pada (halaman 4 kata pengantar) yaitu, untuk belajar mengintip peluang dan mendulang hikmah perjalanan dakwah para da’i, serta sebagai motivasi untuk generasi penerusnya. Buku ini hadir agar bisa diambil hikmah dari perjalanan para da’i yang didalamnya memuat berbagai macam kisah-kisah menarik yang terjadi dimasyarakat umum, buku ini layak di baca oleh semua orang muslim dimanapun berada.

Jika dilihat dari segi cover,
buku ini memberi kesan semangat, tenang dan berwibawa kenapa, karena setiap tetes keringat yang mengalir itu bagaikan mutiara seperti yang ada di cover tersebut. Dengan warna sangat cocok dengan apa yang ditulis ataupun disampaikan oleh penulisnya, menggambarkan bahwa jalan menuju surga Allah itu tidaklah mudah bagi kita sebagai khalifah dimuka bumi ini, didalamnya banyak cobaan dan rintangan yang harus dihadapi selama jiwa dan raga masih mampu untuk mengharap ridhoNya, dan semua jerih payah itu akan sirna setelah membayangkan surga yang akan diperolehnya, warna hijau ini menggambarkan kesejukan kepada siapapun yang didalam dirinya merindukan surga, saya yakin tidak akan  ada manusia yang bercita-cita masuk neraka!

Didalam buku ini menceritakan kisah para da’i yang ditugaskan ke daerah-daerah terpencil di penjuru Nusantara, didalamnya terdapat kisah-kisah yang menarik, salah satunya yaitu kisah Ibu Atikah yang ditugaskan ke Papua bisa dibaca pada (halaman.125), kemudian di dalamnya terdapat kisah yang ironis, ada kisah yang mengharukan yaitu saat putranya yang bernama Abu Ummamah menampakkan kelainan mental akibat sengatan malaria, tidak lama berselang akhirnya ibu Atikah harus kembali menahan sesak di dada melepas kepergian suami tercinta untuk selama-lamanya, sungguh sulit dibayangkan betapa pedih hatinya. Namun apalah daya, semua itu teguran dari allah SWT agar lebih mendekatkan diri padaNya. Ada kisah heroik  (jiwa kepahlawanan) didalam diri ibu atikah yaitu pada waktu tengah malam serta hujan mengguyurnya ia rela basah kuyup demi menyelamatkan buah hatinya. Ibu atikah selalu tegar dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan yang menghampiri hidupnya, bukankah selagi manusia hidup didunia tak lepas dari cobaan dan rintangan, nah… beliau seorang ibu yang patut dicontoh dan dijadikan teladan bagi kita semua sebagai penerus perjuangan dakwah islam dimanapun kita di tugaskan. Bukan hanya itu, di buku ini juga ada kisah dramatis misalnya, yang terjadi pada saudara Akib salah satu da’i yang dikirim ke Bengkulu dia dituduh oleh masyarakat sebagai aliran sesat padahal tuduhan itu tidak benar baca di (halaman 103­), sampai sekarang pesantren Hidayatullah Bengkulu tetap eksis dan kecurigaan aparat keamanan luntur setelah mengetahui para ustadz dan santrinya memang hanya berkonsentrasi dalam dunia dakwah, bahkan aktivitas tersebut justru dibutuhkan oleh masyarakat tersebut-. Di buku ini  juga ada kisah tentang toleransi ummat beragama sikap islam sebagai agama Rahmatan lil alamin bisa dibaca (dihalaman 64), toleransi inilah yang menjadi strategi Ramli dalam menghadapi para muallaf ditempat tugasnya yaitu di Melak, berkat kesabarannya pula Ramli telah mempunyai banyak tempat pengajiannya, semua itu bisa dicapai atas izin Allah swt serta kerja kerasnya, bukan hanya Ramli, Bachtiar yang bertugas di Pekanbaru Riau sebagai sosok da’i yang selalu kerja keras dan kuat menderita juga humoris, Di tengah non Muslim itu Bachtiar menunjukkan bahwa islam itu santun dan bermartabat, hingga akhirnya ada seorang warga non Muslim  menitipkan anaknya agar bisa sekolah dipesantren Hidayatullah baca di (halaman 118). Selain itu, Muhammad Tang salah seorang da’i yang bertugas di Rutan Sempaja, Samarinda  yang memiliki pribadi bersahaja ini harus keluar masuk penjara yaitu sekedar untuk menuntun para nara pidana (napi) membaca huruf demi huruf sampai akhirnya bisa melafadzkan ayat-ayat suci dalam Al-qur’an meskipun masih ada yang terbata-bata namun itu tidaklah banyak,semua ini berkat ketekunan dan kesabarannya dalam perjalanan dakwahnya.

Kenapa buku ini harus dibaca, karena buku ini sangat bermanfaat sekali bagi para da’i dan da’iah yang bertugas kedaerah-daerah untuk bisa dijadikan pelajaran yang berharga juga sebagai motivasi untuk terus eksis di dunia dakwah islam, disamping itu juga untuk bermanfaat bagi semua ummat islam agar mengetahui bahwa betapa berat perjuangan para da’i dan da’iah, sebenarnya di buku ini juga menggambarkan bahwa yang bertugas menyampaikan risalah bukan hanya para da’i dan da’iah melainkan kita semua sebagai ummat islam yang harus saling mengingatkan sesama saudara muslim lainnya, meskipun tidaklah mudah dan harus punya keahliaan khusus dalam melaksanakannya.

Adapun kelemahan buku ini, yaitu buku ini hanya memuat satu kisah  ustadzah, padahal masih banyak ustadzah-ustadzah lain yang layak untuk diceritakan kisah perjuangan mereka, buku ini juga hanya memuat 127 halaman semoga penulis bisa mencetak yang lebih tebal lagi dari buku ini. Adapun kelebihan buku ini, yaitu buku ini hidup artinya, buku ini bisa membawa para pembacanya merasakan betapa sabar dan semangatnya dalam menegakkan agama allah, sungguh janji allah itu pasti! selain itu keadaan terharu, senang dan yang lainnya, buku ini baik untuk di baca bagi semua orang muslim yang didalam dirinya punya cita-cita mulia mendapat keridhaanNya seperti para da’i dan da’iah yang telah berhasil membukakan matahati untuk menjadi manusia­-manusia yang beragama mempunyai iman dan akidah, semoga allah membalas semua kebaikannya dan semoga menjadi amal jariyah.aamiin  

Kesimpulan dari buku ini, yaitu bahwa betapa berat perjuangan para da’i, mereka tidak hanya mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya, tetapi mereka harus siap mengorbankan nyawa mereka dalam menjalankan risalahnya, misalnya ketika mereka berhadapan dengan masyarakat yang sentiment terhadap gerakan dakwah mereka. Disisi lain, mereka juga berfungsi tidak hanya sebagai juru dakwah, terkadang mereka harus menjadi tukang kayu, membangun rumah, membangun musholah, disisi yang lain mereka harus menjadi imam shalat, disaat yang lain juga mereka harus siap  menjadi seorang petani untuk menghidupi keluarganya, dan disisi yang lain mereka harus mengajar ngaji.

Intinya, bahwa buku ini berhasil memuat kisah da’i dan dai’ah secara baik.







Judul Buku               : KISAH PERKAMPUNGAN PENGKADERAN  
Judul Asli                  : MENCETAK KADER
Peresensi                   : Ema Ermawati
Penulis                       : Manshur  Salbu
Penerbit                     : Suara Hidayatullah Publishing
Cetakan                      : Pertama, Juni 2009


Hadirnya buku ini adalah sebagai wujud nyata kisah pengorbanan seorang pemimpin besar yang hebat. Pemimpin yang mempunyai semangat juang yang tinggi yang mempunyai cita-cita mulia membangun perkampungan yang islami yang tidak semua orang bisa melakukannya. Buku ini ditulis bukan oleh sembarang orang, penulis itu datang ketika aktivitas di Gunung Tembak telah lima tahun berjalan dan Hidayatullah telah sepuluh tahun hadir di Balikpapan baca di (pengantar penulis vi), tujuan penulis untuk menulis buku MENCETAK KADER ini tidak lain adalah untuk mewujudkan harapan seorang pemimpin Pondok Pesantren Hidayatullah agar diadakan buku yang bermuat tentang sejarah Pondok Pesantren Hidayatullah supaya dapat dibaca oleh orang-orang yang tidak percaya terhadap kejadian-kejadian di pondok pesantren Hidayatullah.

Dilihat dari segi cover, pembaca bisa menebak, bahwa buku ini adalah kisah pejuang yang hebat, juga terlihat foto transparan pada zaman dahulu.terlihat jelas perjuangan dari nol untuk mendirikan sebuah kampus peradaban yang islami, menghadirkan ulama­-ulama dan pakar-pakar yang menjadi tenaga pengajar dan pelatih.

Buku ini memuat biografi seorang pemimpin pondok pesantren Hidayatullah, beserta sejarah pondok pesantren Hidayatullah. Siapa sangka seorang ibu yang beda dari ibu-ibu yang lain hamil dalam jangka waktu lama yaitu hampir dua tahun dalam kandungan yang menjadi bahan perbincangan di kalangan keluarga, kemudian tepat pada hari kemerdekaan RI yaitu 17 Agustus 1945 di Lamatti Rilau lahirlah seorang bayi yang tanpa cacat sedikitpun yang diberi nama Muhsin Kahar serta ayahnya adalah seorang kiai yang menjabat sebagai imam di Kampung Lamatti yang lebih dikenal dengan sebutan Kampung Panreng. Muhsin Kahar hanya bisa melanjutkan sekolah dasarnya sampai kelas III untuk mengikuti sang ayah hijrah ke Makassar. Kemudian tiba di Makassar kehidupan yang memprihatinkan harus dijalani keluarga Kiai Abdul Kahar syuaib ayah Muhsin Kahar. Muhsin Kahar melanjutkan sekolahnya dan di terima di kelas IV Sekolah rakyat No. 30. Pendidikan disini dijalaninya hingga tahun 1958. Beliau selalu menjadi bintang kelas karena menguasai seluruh mata pelajaran termasuk pelajaran menggambar. Tiba waktunya Muhsin Kahar melanjutkan kuliah di IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Alaudin Makassar namun hanya satu tahun mengikuti perkuliahan, kemudian berhenti kenapa, dia merasa tidak ada tambahan ilmu yang berarti yang didapat selama kuliah dan semua materi kuliah yang diberikan dosen telah dibacanya,pada bulan Agustus 1975 Ustadz Abdullah Said melaksanakan pernikahannya dengan Ibu Aida Chered salah satu dari keempat kader wanitanya. Abdullah Said wafat pada hari rabu, 4 Maret 1998 pukul 17.40 WIB. Semasa hidupnya beliau tidak pernah berhenti untuk mencari ilmu, beliau belajar lewat bacaan karena itu adalah salah satu dari kegemarannya, kemudian belajar lewat masjid dan belajar lewat pergaulan, menggeluti berbagai macam organisasi salah satunya organisasi pelajar, organisasi pemuda serta organisasi politik. Dari sana beliau mempunyai impian tentang perkampungan pengkaderan sejak meletusnya peristiwa berdarah G 30 S/PKI 1965. Untuk melahirkan kader-kader yang lebih mumpuni dan lebih konsisten dalam memperjuangkan dan mempertahankan nilai­-nilai islam pengkaderan harus diprogram lebih intensif menurut Muhsin Kahar. Nah, dari sinilah impian yang selama ini diinginkan untuk mendirikan pesantren itu bisa terwujud,awal pesantren yang dirintis  Abdullah Said bernama Pondok Pesantren Pangeran Hidayatullah tidak lama kemudian karena nama itu terlalu kedaerahan akhirnya Abdullah Said menggantinya dengan nama Pondok Pesantren Hidayatullah, setelah hijrah ke Karang Rejo lalu pindah ke Karang Bugis mulai tampak cakrawala baru dengan adanya tempat berpijak dan pendukung yang semakin bertambah. Berarti kemajuan dan sekaligus tantangan segera akan disongsong. Di Karang Bugis ada seorang tokoh masyarakat yang bernama H. Andi Kadir Mappasossong yang dikenal dengan sebutan Petta Ossong mewakafkan tanahnya seluas 0,5 hektar ini sangat besar artinya. Bangunan yang pertama kali didirikan oleh Abdullah Said yaitu Mushalla dari kayu yang berukuran 4x6 m. kondisi Karang Bugis yang semakin sempit membuat Abdullah Said berfikir keras untuk mendapatkan lokasi yang memungkinkan untuk pengembangan, baik dari segi fisik maupun kegiatan. Setelah beberapa hari mencari lokasi yang diharapkan akhirnya ketemulah lokasi di Gunung Tembak yang luasnya 5,4 Ha, lokasi ini mulai dimasuki santri pada hari Rabu pukul 15.00 tanggal 03 Maret 1976. Peresmian Pondok Pesantren Hidayatullah diadakan di halaman masjid pada hari Kamis, 05 Agustus 1976. Dari hasil usaha dan do’a Abdullah Said berhasil meyakinkan santri dan warganya bahwa di tangan merekala terletak kebangkitan islam di abad ke- 15 Hijriyah. Sungguh seorang pemimpin yang hebat yang berfikir kedepan tentang kemajuan islam agar islam ini tidak terpuruk lebih parah dari masa-masa silam. Gunung Tembak adalah lokasi untuk menggembleng ksatria-ksatria yang tangguh yang berarti menghadirkan kader-kader yang andal, yang tidak hanya pintar membaca sejarah tetapi mampu menggurat sejarah di perkampungan, kota bahkan di luar negri sekalipun. Pondok Pesantren Hidayatullah bisa memiliki fondasi yang kuat sejak awal karena Abdullah Said telah membangun persaudaraan dan keakraban dengan sahabat-sahabatnya,sungguh mengesankan. Pondok Pesantren Hidayatullah bukan sekedar menerima untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu sebagaimana pesantren pada umumnya. Keterlibatannya sebagai santri juga sekaligus sebagai warga yang masa belajarnya tidak hanya berakhir pada jenjang tertentu,akan tetapi sampai kepada penempatan tugas dan urusan pernikahannya. artinya pondok tidak berlepas tangan. Kemudian adapun pokok-pokok pikiran Alm. Ustadz Abdullah Said yaitu berdakwah,pendidikan,ekonomi dan politik.

Adapun kelemahan buku ini yaitu warna di cover ini kurang menarik, akan tetapi banyak hikmah yang bisa diambil pelajaran dari dalam buku ini.

Kesimpulan dari buku ini yaitu bahwa tanpa adanya kesungguhan atau tekad yang kuat untuk meraih segala mimpi-mimpi itu tidak akan bisa tercapai. Melihat perjuangan sang pemimpin yang mengawali dari nol sampai bisa menghasilkan manusia-manusia yang berakhlak dan berilmu itu tidaklah mudah. Membangun perkampungan yang islami juga membutuhkan proses yang panjang akan tetapi dengan kehendak Allah semua itu bisa terlaksana. Jadi pemimpin itu tidaklah mudah,betapa berat perjuangan beliau. Beliau pantas mendapat banyak penghargaan dari presiden ataupun dari yang lainnya, beliau juga akrab dengan semua kalangan, betapa sedih saat harus kehilangan beliau sosok yang begitu santun,berwibawa,cerdas dan semangat yang saat ini bisa dinikmati oleh kita berkat usahanya beliau semoga Allah menempatkan beliau di tempat yang paling baik.aamiin

Buku ini baik untuk di baca bagi semua orang muslim, karena sebagaimana yang saya tahu banyak orang muslim mengetahui sejarah orang-orang hebat yang non muslim  akan tetapi sejarah pejuang islam sendiri mereka tidak mengetahuinya sungguh sangat memprihatinkan. Buku ini telah berhasil memuat kisah sejarah pemimpin yang hebat.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.